Yogyakarta, Kompas
Meskipun kondisinya banyak diwarnai kemerosotan, baik jumlah mahasiswa maupun kualitasnya, tetapi keberadaan perguruan tinggi swasta di Yogyakarta tetap memiliki kualitas di tingkat nasional. Lulusan perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta cenderung mampu menjawab kebutuhan dunia kerja. Biasanya, mereka hanya membutuhkan sentuhan pelatihan singkat selama satu hingga dua bulan sebelum bisa beradaptasi ke dunia kerja.
”Mereka juga cukup berkualitas dan mudah beradaptasi. Pelatihan sebelum masuk kerja ditujukan agar mereka tidak kaget,” ujar Ketua Bidang Investasi dan Permodalan Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Yogyakarta Muh Syarif Hidayatullah, Selasa (12/8).
Apa yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah, menurut Muh Syarif, sering berbeda dengan kondisis riil di lapangan dunia kerja. Karena itu, perlu pelatihan ketika masuk wilayah kerja. Sejauh ini, pengusaha di Yogyakarta biasanya tidak membeda-bedakan, baik lulusan PTS maupun PTN. Yang terpenting mereka lolos tes.
Benny Cristiady, Human Resourses Development and General Affair Manager PT Aseli Dagadu Djogdja, mengatakan lulusans perguruan tinggi di Yogyakarta cukup bisa menjawab kebutuhan perusahaannya. Sampai sekarang Dagadu merekrut karyawan secara lokal.
Artinya, peluang kerja di Dagadu hanya disebar di DIY. Karena itu, kebanyakan pelamar adalah lulusan PT setempat. Sebenarnya, lulusan PT mana pun bisa mendaftar, tetapi kebetulan yang lolos tes mayoritas lulusan PT terkemuka di Yogyakarta.
Kualitas
Ketua Forum Rektor Indonesia yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia Edy Suandi Hamid menegaskan, anggapan bahwa kualitas lulusan PTS nomor dua setelah PTN tidak benar sepenuhnya. Sebab, semuanya tergantung skill dan etos kerja mahasiswa.
”Lulusan dari UII, misalnya, paling lama enam bulan sejak diwisuda sudah mendapat pekerjaan pertamanya. Setiap lulusan juga kami pantau ke mana mereka bekerja,” tutur Edy.
Masih adanya anggapan bahwa kemampuan akademik mahasiswa PTN lebih bagus ketimbang PTS, serta mahasiswa asal Jawa lebih bagus ketimbang luar Jawa, diakui Muhammad Hasrudin, mahasiswa Universitas Widya Mataram Yogyakarta, angkatan 2003.
”Anggapan tersebut bisa membuat mahasiswa asal luar Jawa dan kebetulan kuliah di PTS kurang terkenal, minder duluan. Namun, saya percaya bahwa yang terpenting dalam dunia kerja nanti adalah kemampuan dan kemauan pribadi mahasiswa,” ucap Muhammad Hasrudin.
Gaung PTS dan PTN di Yogyakarta masih terasa di luar Jawa, tetapi makin berkurang akibat PTS dan PTN lain di luar Jawa sudah berbenah. Untuk itu, seperti kata Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Ambrosius Koesmargono, perlu ruang publik bernuansa pendidikan untuk menegaskan nuansa pendidikan di Yogyakarta. [ENG/WKM/RWN/ARA/PRA]
.: dikliping dari koran Kompas, 13 Agustus 2008 :.
Meskipun kondisinya banyak diwarnai kemerosotan, baik jumlah mahasiswa maupun kualitasnya, tetapi keberadaan perguruan tinggi swasta di Yogyakarta tetap memiliki kualitas di tingkat nasional. Lulusan perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta cenderung mampu menjawab kebutuhan dunia kerja. Biasanya, mereka hanya membutuhkan sentuhan pelatihan singkat selama satu hingga dua bulan sebelum bisa beradaptasi ke dunia kerja.
”Mereka juga cukup berkualitas dan mudah beradaptasi. Pelatihan sebelum masuk kerja ditujukan agar mereka tidak kaget,” ujar Ketua Bidang Investasi dan Permodalan Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Yogyakarta Muh Syarif Hidayatullah, Selasa (12/8).
Apa yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah, menurut Muh Syarif, sering berbeda dengan kondisis riil di lapangan dunia kerja. Karena itu, perlu pelatihan ketika masuk wilayah kerja. Sejauh ini, pengusaha di Yogyakarta biasanya tidak membeda-bedakan, baik lulusan PTS maupun PTN. Yang terpenting mereka lolos tes.
Benny Cristiady, Human Resourses Development and General Affair Manager PT Aseli Dagadu Djogdja, mengatakan lulusans perguruan tinggi di Yogyakarta cukup bisa menjawab kebutuhan perusahaannya. Sampai sekarang Dagadu merekrut karyawan secara lokal.
Artinya, peluang kerja di Dagadu hanya disebar di DIY. Karena itu, kebanyakan pelamar adalah lulusan PT setempat. Sebenarnya, lulusan PT mana pun bisa mendaftar, tetapi kebetulan yang lolos tes mayoritas lulusan PT terkemuka di Yogyakarta.
Kualitas
Ketua Forum Rektor Indonesia yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia Edy Suandi Hamid menegaskan, anggapan bahwa kualitas lulusan PTS nomor dua setelah PTN tidak benar sepenuhnya. Sebab, semuanya tergantung skill dan etos kerja mahasiswa.
”Lulusan dari UII, misalnya, paling lama enam bulan sejak diwisuda sudah mendapat pekerjaan pertamanya. Setiap lulusan juga kami pantau ke mana mereka bekerja,” tutur Edy.
Masih adanya anggapan bahwa kemampuan akademik mahasiswa PTN lebih bagus ketimbang PTS, serta mahasiswa asal Jawa lebih bagus ketimbang luar Jawa, diakui Muhammad Hasrudin, mahasiswa Universitas Widya Mataram Yogyakarta, angkatan 2003.
”Anggapan tersebut bisa membuat mahasiswa asal luar Jawa dan kebetulan kuliah di PTS kurang terkenal, minder duluan. Namun, saya percaya bahwa yang terpenting dalam dunia kerja nanti adalah kemampuan dan kemauan pribadi mahasiswa,” ucap Muhammad Hasrudin.
Gaung PTS dan PTN di Yogyakarta masih terasa di luar Jawa, tetapi makin berkurang akibat PTS dan PTN lain di luar Jawa sudah berbenah. Untuk itu, seperti kata Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Ambrosius Koesmargono, perlu ruang publik bernuansa pendidikan untuk menegaskan nuansa pendidikan di Yogyakarta. [ENG/WKM/RWN/ARA/PRA]
.: dikliping dari koran Kompas, 13 Agustus 2008 :.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar